Serangan
Klorida
Penetrasi klorida ke
dalam beton bertulang adalah penyebab utama korosi pada struktur beton di
lingkungan laut. Aksi utamanya adalah menimbulkan korosi pada tulangan beton
dan relative tidak menyebabkan kerusakan pada material betonnya sendiri.
Korosi yang disebabkan
klorida diawali dengan pembentukan lubang-lubang di lokasi-lokasi dimana
lapisan pasifnya hancur. Mekanisme ini disebut sebagai korosi pitting atau
korosi sumuran.
Pada serangan karbonasi
seluruh lapisan pasif tulangan akan mengalami depasivasi setelah terjadinya
penurunan nilai pH beton dan berakibat pada korosi merata (general/uniform corrosion), mekanisme awalnya adalah pembentukan lubang-lubang
dimana tulangannya telah di devasipasi.
Korosi pitting
merupakan serangan korosi yang paling berbahaya untuk tulangan, karena
keberadaan daerah anoda yang amat aktif dan terlokalisasi yang dikombinasi
dengan daerah katoda yang luas serta proses korosinya yang self catalysis, akan menyebabkan reduksi yang cepat dari luas
penampang tulangan, seringkali tanpa adanya indikasi kerusakan yang tampak pada
permukaan beton.
Mekanisme
penetrasi klorida ke dalam beton
1. Richardson
(2010)
2 Fe -> 2 Fe2+ + 4 e-
2. Ion
Fe positif akan bereaksi dengan ion klorida membentuk komponen besi klorida
2 Fe2+ + 4Cl- -> 2 FeCl2
2 FeCl2 + 4 H2O -> 2 Fe(OH)2 + 4 HCl
3. Komponen
besi klorida yang terlarut dalam air pori beton akan meningkatkan keasaman
lingkungan lubang korosi karena akan menurunkan nilai pH beton, dan
mengakibatkan oksidasi lebih jauh dari besi tulangan.
4. Klorida
bebas yang di regenerasi dalam proses ini akan meningkatkan laju korosi pada
lubang sumuran
Umur
Layan (Service Life)
Umur layan adalah
perioda saat struktur dapat memenuhi fungsi strukturalnya. Kebutuhan untuk
memprediksi umur layan yang akurat didasarkan pada struktur beton bertulang di
lingkungan laut umumnya hanya memiliki umur layan setengah kali dari umur layan
prediksinya dan biaya rehabilitasi struktur beton bertulang akibat kerusakan
korosi amat tinggi. Untuk menaksir umur dan durabilitas struktur beton di laut
maka dibutuhkan prediksi dari proses penetrasi ion klorida ke dalam beton. Faktor
utamanya adalah koefisien difusi ion klorida dan
konsentrasi korida kritis pada permukaan tulangan.
Mekanisme
kerusakan struktur beton yang diakibatkan oleh korosi baja tulangan (Tuutti,
1982)
1.
Perioda inisiasi: dimulai saat klorida
melakukan penetrasi melalui selimut beton sampai ketika konsentrasinya di
permukaan tulangan mencapai nilai ambang batas tertentu (threshold value), menyebabkan depasivasi tulangan.
2.
Perioda propagasi: dimulai ketika
tulangan yang sudah mengalami depasivasi mengalami kerusakan korosi lebih jauh
sampai akhirnya beton mengalami retak-retak dan spalling, mengindikasikan
kerusakan korosi yang sudah parah.
Mekanisme Penetrasi Klorida Melalui
Selimut Beton
Mekanisme
yang terlibat:
1.
Difusi, dominan pada zona terendam
2.
Gaya kapiler, dominan pada zona pasang
surut dan zona splash
3.
Permeasi dan difusi, dominan pada zona
pasang surut dan zona splash
Mekanisme
tranport untuk estimasi penetrasi klorida ke dalam tulangan beton adalah mekanisme difusi. Model untuk mekanisme difusi klorida
diturunkan dari Hukum Fick kedua, prediksi umur
layan berdasarkan Hukum Fick kedua melibatkan perhitungan dari koefisien difusi
klorida.
Hukum Kedua Fick (Persamaan Difusi)
C = C(x,t) adalah
konsentrasi klorida pada jarak x dari permukaan, pada waktu t
Dc adalah koefisien
difusi (m2/detik)
Algoritma
untuk estimasi penetrasi klorida
Pengambilan beberapa
contoh data dari struktur beton yang terkontaminasi klorida. Digunakan dan
dimasukan ke dalam persamaan difusi Fick. Akan diperoleh koefisien difusi (D) dari ion klorida dan konsentrasi klorida pada permukaan (selimut) beton.
Solusi
Persamaan Difusi Fick
1. Untuk
struktur beton pada zona terendam dan zona pasang surut (nilai konsentrasi ion
klorida dianggap konstan).
Cs:
Konsentrasi klorida permukaan
D:
Koefisien difusi
x:
Jarak kedalaman dari permukaan yang terekspos
2. Untuk
struktur beton pada zona splash (nilai konsentrasi ion klorida merupakan fungsi
waktu, tidak konstan)
A:
Nilai laju pelekatan ion klorida pada permukaan beton
Alternatif
lain untuk zona splash, persamaan difusi yang sama dengan zona terendam bisa
digunakan tetapi dengan nilai koefisien difusi (D) yang telah dimodifikasi.
Asumsi-asumsi
untuk Persamaan Difusi Fick
1. Proses
difusi dianggap non-steady state
2. Ion
klorida berdifusi hanya ke satu arah atau proses difusinya satu dimensi
3. Koefisien
difusi dan konsentrasi klorida di permukaan beton tidak berubah dengan waktu
4. Koefisien
difusinya tidak berubah dengan perubahan kedalaman selimut beton
5. Koefisien
difusi tidak berubah dengan perubahan konsentrasi klorida dalam beton
Koefisien
Difusi (Dc)
1. Koefisien
difusi bukan suatu konstanta, tetapi bergantung pada umur beton, perbandingan air
semen, jumlah dan difusivitas agregat, kelembaban relatif, temperatur dan mikro
struktur dari pasta semen dan agregat dan jenis dan lamanya perawatan (curing)
2. Koefisien
difusi bukan suatu konstanta, untuk suatu kondisi exposure tertentu koefisien
difusi adalah fungsi dari lamanya exposure (t), jarak dari permukaan yang
terekspos (x), dan konsentrasi klorida di dalam beton
3. Koefisien
difusi terutama amat tergantung pada waktu, dibanding pada jarak dan
konsentrasi
4. Koefisien
difusi akan menurun dengan waktu
Nilai
Ambang untuk Konsentrasi Klorida (Ccr)
Ada jumlah konsentrasi
klorida tertentu yang harus dipenuhi untuk terjadinya depasivasi tulangan yang
kemudian akan memulai proses korosi à
nilai ambang batas klorida à
jumlah konsentrasi klorida kritis yang diperlukan untuk berlangsungnya proses
korosi.
Parameter-parameter
yang mempengaruhi nilai ambang batas:
1. Kualitas
beton (jenis semen, perbandingan air semen, transport zat cair dalam beton)
2. Kondisi
lingkungan dan pembebanan
Nilai ambang batas
klorida:
1. 0,2%
berat semen -> lingkungan laut
(splash)
2. 0,4%
berat semen -> lingkungan yang
tidak terlalu agresif
Sumber
Klorida
1. Pada
proses pencampuran, ditambahkan ke dalam beton, yang menggunakan: air laut
sebagai air campuran, akselerator yang mengandung klorida, dan agregat yang
terkontaminasi klorida
2. Pada
beton yang sudah mengeras, mekanismenya melalui difusi, disebabkan: penggunaan
garam pengencer, pembasahan dan pengeringan air laut, dan penggunaan bahan
kimia yang mengandung klorida
3. Klorida
terdapat pada beton dalam bentuk-bentuk berikut: ion klorida bebas dalam
larutan air pori, terikat secara kimiawi dengan produk hidrasi semen, dan
terserap secara fisik ke dalam gel semen sebagai klorida terikat
4. Hanya
klorida bebas yang dapat menyebabkan terjadinya korosi
Konsentrasi
Klorida Permukaan (Cs)
Faktor yang menentukan
tingkat konsentrasi klorida permukaan:
1. Lokasi
atau jarak dari struktur tersebut terhadap sumber klorida, semakin dekat jarak
dengan sumber klorida Cs akan semakin tinggi
2. Kondisi
lingkungan, seperti hujan dan arah angin
3. Material,
kondisi permukaan beton -> tingkat kekasaran beton
No comments:
Post a Comment