Pada
Jumat, 7 Oktober 2016 telah dilakukan praktikum kedua Bahan Bangunan Laut di
Lab Rekayasa Struktur yang terletak di belakang Gedung Center for
Infrastructure and Built Environment (CIBE) ITB. Pada praktikum kali ini, kami
mengolah data yang telah didapat pada praktikum pertama untuk menentukan
rancangan beton yang diinginkan (mix design).
Tujuan
Perancangan
beton dilakukan dengan tujuan untuk me ndapatkan komposisi campuran beton yang
ekonomis dan memenuhi persyaratan kelecakan, kekuatan, dan durabilitas.
Perancangan Proporsi Campuran Beton
Step 1: Pemilihan angka slump
Tabel
1: Nilai slump yang disarankan untuk berbagai jenis pengerjaan konstruksi
Jenis Konstruksi
|
Slump (mm)
|
|
Maksimum
|
Minimum
|
|
Dinding
pondasi, footing, dinding basemen
|
75
|
25
|
Dinding
dan balok
|
100
|
25
|
Kolom
|
100
|
25
|
Perkerasan
dan lantai
|
75
|
25
|
Beton
dalam jumlah besar (dam)
|
50
|
25
|
Step 2: Pemilihan ukuran maksimum
agregat kasar
Dasar
pemilihan ukuran maksimum agregat biasanya dikaitkan dengan dimensi struktur.
Ukuran maksimum agregat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.
1/5 jarak terkecil antara 2 tepi
bekisting
2.
1/3 tebal pelat
3.
3/4 jarak bersih selimut beton
4.
2/3 jarak bersih antar tulang
Step 3: Estimasi kebutuhan air
pencampur dan kandungan udara
Jumlah
air pencampur persatuan volume beton yang dibutuhkan untuk menghasilkan nilai
slump tertentu sangat bergantung pada ukuran maksimum agregat, bentuk serta gradasi
agregat dan pada jumlah kebutuhan kandungan udara pada campuran.
Jumlah
air yang dibutuhkan tersebut tidak banyak terpengaruh oleh jumlah kandungan
semen dalam campuran. Tabel berikut memperlihatkan informasi mengenai kebutuhan
air pencampur untuk berbagai nilai slump dan ukuran maksimum agregat
Tabel
2: Kebutuhan air pencampuran dan udara untuk berbagai nilai slump dan ukuran
maksimum agregat
Jenis Beton
|
Slump (mm)
|
Air (kg/m3)
|
||||||
10 mm
|
12,5 mm
|
20 mm
|
25 mm
|
40 mm
|
50 mm
|
75 mm
|
||
Tanpa penambahan udara
|
25 – 50
|
205
|
200
|
185
|
180
|
160
|
155
|
140
|
75 - 100
|
225
|
215
|
200
|
190
|
175
|
170
|
155
|
|
150 - 175
|
240
|
230
|
210
|
200
|
185
|
175
|
170
|
|
Udara yang tersekap (%)
|
3
|
2,5
|
2
|
1,5
|
1
|
0,5
|
0,3
|
|
Dengan penambahan udara
|
25 - 100
|
180
|
175
|
165
|
160
|
150
|
140
|
135
|
75 - 100
|
200
|
190
|
180
|
175
|
160
|
155
|
150
|
|
150 - 175
|
215
|
205
|
190
|
180
|
170
|
165
|
160
|
|
Udara yang disarankan (%)
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4,5
|
4
|
3,5
|
Step 4: Pemilihan nilai
perbandingan air semen
Untuk
rasio air semen yang sama, kuat tekan beton dipengaruhi oleh jenis agregat dan
semen yang digunakan. Oleh karena itu hubungan rasio air semen dan kekuatan
beton yang dihasilkan seharusnya dikembangkan berdasarkan material yang
sebenarnya digunakan dalam pencampuran. Terlepas dari hal di atas tabel berikut
dapat dijadikan pegangan dalam pemilihan nilai perbandingan air semen.
Tabel
3: Hubungan rasio air – semen dan kuat tekan beton
Kuat tekan beton umur 28 hari
(MPa)
|
Rasio Air Semen
|
|
Tanpa Penambahan Udara
|
Dengan Penambahan Udara
|
|
48
|
0,33
|
-
|
40
|
0,41
|
0,32
|
35
|
0,48
|
0,40
|
28
|
0,57
|
0,48
|
20
|
0,68
|
0,59
|
14
|
0,82
|
0,74
|
Nilai
kuat tekan beton yang digunakan adalah nilai kuat tekan beton rata – rata yang
dibutuhkan, yaitu:
fm
= fc’ + 1,64 sd
fm = nilai kuat tekan
beton rata-rata
fc’ = nilai kuat tekan
karakteristik (yang disyaratkan)
sd = standar deviasi
(berdasarkan tabel 4)
Tabel 4: Klasifikasi
standar deviasi untuk berbagai kondisi pengerjaan
Kondisi Pengerjaan
|
Standar Deviasi (MPa)
|
|
Lapangan
|
Laboratorium
|
|
Sempurna
|
< 3
|
< 1,5
|
Sangat baik
|
3 – 3,5
|
1,5 – 1,75
|
Baik
|
3,5 – 4
|
1,75 – 2
|
Cukup
|
4 - 5
|
2 – 2,5
|
Kurang baik
|
> 5
|
> 2,5
|
Harga
rasio air semen tersebut biasanya dibatasi oleh harga maksimum yang
diperbolehkan untuk kondisi exposure (lingkungan) tertentu.
Step 5: Perhitungan kandungan semen
Berat
semen yang digunakan addalah sama dengan jumlah berat air pencampur (step 3)
dibagi dengan rasio air semen (step 4).
Step 6: Estimasi kandungan agregat
kasar
Tabel
5: Volume agregat kasar per satuan volume beton untuk beton slump 75-100 mm
Ukuran maksimum agregat kasar
(mm)
|
Volume agregat kasar per satuan
volume beton untuk berbagai nilai modulus kehalusan pasir
|
|||
2,40
|
2,60
|
2,80
|
3,00
|
|
10
|
0,50
|
0,48
|
0,46
|
0,44
|
12,5
|
0,59
|
0,57
|
0,55
|
0,53
|
20
|
0,66
|
0,64
|
0,62
|
0,60
|
25
|
0,71
|
0,69
|
0,67
|
0,65
|
40
|
0,75
|
0,73
|
0,71
|
0,69
|
50
|
0,78
|
0,76
|
0,74
|
0,72
|
75
|
0,82
|
0,80
|
0,78
|
0,76
|
150
|
0,87
|
0,85
|
0,83
|
0,81
|
Tabel
6: Faktor koreksi untuk nilai slump yang berbeda
Slump (mm)
|
Faktor koreksi untuk berbagai
ukuran maksimum agregat
|
||||
10 mm
|
12,5 mm
|
20 mm
|
25 mm
|
40 mm
|
|
25 – 50
|
1,08
|
1,06
|
1,04
|
1,06
|
1,09
|
75 – 100
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
150 - 175
|
0,97
|
0,98
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
Step 7: Estimasi kandungan agregat
halus
Jumlah
pasir yang dibutuhkan dapat dihitung dengan 2 cara, yaitu:
1.
Cara perhitungan berat (weight method)
2.
Cara perhitungan volume absolut (absolut volume method)
Tabel
7: Estimasi awal untuk berat jenis beton segar
Ukuran maksimum agregat (mm)
|
Estimasi awal berat jenis beton
(kg/m3)
|
|
Tanpa penambahan udara
|
Dengan penambahan udara
|
|
10
|
2285
|
2190
|
12,5
|
2315
|
2235
|
20
|
2355
|
2280
|
25
|
2375
|
2315
|
40
|
2420
|
2335
|
50
|
2445
|
2375
|
75
|
2465
|
2400
|
150
|
2502
|
2435
|
Step 8: Koreksi kandungan air pada
agregat
Tanpa
adanya koreksi kadar air, harga rasio air semen yang diperoleh bisa jadi lebih
besar atau lebih kecil dari harga yang telah ditentukan berdasarkan sep 4 dan
berat SSD agregat menjadi lebih kecil atau lebih besar dari harga estimasi pada
step 6 dan 7.
Urutan
rancangan beton dari step 1 sampai 7 dilakukan berdasarkan kondisi agregat yang
SSD. Oleh karena itu, untuk trial mix air pencampur yang dbutuhkan dalam
campuran bisa diperbesar atau diperkecil tergantung dengan kandungan air bebas
pada agregat. Sebaliknya, untuk mengimbangi perubahan air tersebut jumlah
agregat harus diperkecil atau diperbesar.
Step 9: Trial mix
Hal
yang perlu diuji dalam trial mix:
1.
Nilai slump
2.
Kelecakan (workability)
3.
Kandungan udara
4.
Kekuatan pada umur-umur tertentu
No comments:
Post a Comment